Tweet

Rabu, 14 November 2012

Komunitas Dayak Barai

Komunitas Dayak Barai
Kayan Hilir, Sintang, Kalimantan Barat

Wilayah Adat
Masyarakat Engkarangan menyebut dirinya sebagai orang (Dayak) Barai. Konon, Dayak Barai hanya ada di kecamatan Kayan Hilir dan kecamatan Dedai di kabupaten Sintang dan di kecamatan Nanga Pinoh kabupaten Melawi. Komunitas Dayak Barai terbagi ke dalam tiga ketemenggungan, yakni Ketemenggungan Barai Ulu di Kecamatan Kayan H

ilir, temenggungnya berkedudukan di Laman Engkarangan. Ketemenggungan Barai Ilik di Kecamatan Dedai, dulu temenggungnya berkedudukan di Laman Natai Telangkikng, kini di Laman Natai Tebodak, dan Ketemenggungan Barai Darat di Kecamatan Nanga Pinoh, dahulu temenggungnya berkedudukan di Laman Talai, kini di Laman Sungai Empinuk.
Menurut Pak Tiam (75 tahun), orang yang mendirikan kampung Engkarangan adalah 1). Naga, 2). Tigi, 3). Egokng, 4). Luwi, 5). Incaw, 6). Rumpak, 7). Kayau, 8). Mangau, dan 9). Abu. Mereka adalah orang yang pertama kali membuka tanah untuk pemukiman orang kampung Engkarangan sekarang. Dahulu, tanah dimaksud merupakan tanah orang Kabahatn (sub suku Dayak), dengan temenggungnya Bojangga.
Orang Engkarangan pada mulanya bertempat tinggal di betang atau rumah panjang. Pemukiman penduduk disebut laman yakni suatu tempat atau perumahan yang dihuni oleh banyak keluarga. Istilah laman selain untuk mendefinisikan pemukiman berupa betang panjang dengan jumlah pintu (lawakng) yang teratur dan banyak, juga untuk mendefinisikan pemukiman yang berupa rumah-rumah tunggal atau sekarang disebut kampung, kemudian beralih menjadi dusun. Istilah lainya adalah teratak yakni pemukiman penduduk berupa betang yang dihuni oleh 5 sampai 7 kepala keluarga, dan punok adalah istilah untuk pemukiman yang dihuni oleh kurang dari 5 kepala keluarga keluarga.
Penduduk kampung Engkarangan dulunya selalu berpindah-pindah dari botakng satu ke botakng yang lain oleh karena berbagai alasan seperti dikejar musuh, bencana alam atau musibah kebakaran betang.
Berikut adalah urutan botakng penduduk kampung Engkarangan:
1. Laman Sudok Lanok
2. Laman Eno ( 6 th)
3. Laman Angus ( 6 th)
4. Laman Pulau
5. Laman Bunyau
6. Laman Pengantung Rapuh (tulang)
7. Laman Sungai Akar. Karena kemarau panjang menyebabkan terjadinya kebakaran hebat sehingga memusnahkan hutan dan betang panjang – ini cikal bakal padang ilalang yang ada sekarang.
8. Laman Natai Pemancar
9. Laman Tanyukng Entalakng
10. Laman Cekok
11. Laman Guha. Disini penuturnya pak Tiam pada saat itu baru berusia 18 tahun pada masa agresi militer Belanda yang ditandai dengan banyaknya pesawat terbang melintas di udara di atas betang mereka.
12. Laman Ngkabakng. Di sini penuturnya pak Tiam baru berusia 22 tahun pada masa perang Jepang.
13. Laman Bagandok
14. Laman Natai Kumpakng
15. Laman Lobak Osa’
16. Laman Guha. Botakng panjang yang terdiri dari 34 pintu, di sinilah terakhir kali orang Engkarangan berumah betang.
17. Laman Engkarangan. Pada tahun 1982 dengan Inpres Pembongkaran Betang Panjang, pemerintah melalui camat Kayan Hilir Simanjuntak (biasa di sebut dengan camat Juntak), dibantu oleh Tohang, Seramu dan Seragi ketiganya adalah polisi, memerintahkan penduduk untuk membongkar betang panjang dengan alasan rawan terhadap bahaya kebakaran dan kotor. Sejak saat itu penduduk kemudian membuat rumah-rumah tunggal di sekitar sungai Engkarangan, sehingga pemukiman mereka disebut Laman Engkarangan sampai sekarang.

0 komentar:

Template Information

English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified